Merayakan Hari Kasih Sayang
Sebelas hari lagi Hari Valentine.
Biasanya, saya tidak peduli. Tapi barusan, sesuatu terlintas di kepala saya. Tepatnya, setelah saya membaca tulisan pacar saya di Bulletin Board; soal Hari Valentine. Dia sudah terbiasa merayakan–kalau memang saling memberi hadiah dengan teman dianggap merayakan.
Lantas, saya telepon dia beberapa menit yang lalu. Kami bicara soal itu. Saya bilang padanya, saya tidak biasa merayakan Hari Valentine. Karena saya kurang tahu makna di balik perayaan itu. Karena saya juga tidak ada kedekatan psikologis dan budaya dengan perayaannya. Dan karena memang saya kurang suka merayakan hari-hari seperti halnya banyak orang. Bahkan Hari Raya seperti Idul Fitri, Idul Adha maupun hari-hari yang ada hubungannya dengan agama pun saya anggap biasa saja. Tidak saya sambut dengan berbunga-bunga.
Pacar saya bilang, dia tidak keberatan kalau saya tidak tertarik merayakannya. Ini berarti salah satunya, tidak memberi dia hadiah di hari itu. Dan saya bilang alasannya. Dia menerimanya. Tapi, dia juga bilang, tidak ada salahnya kan menikmati hari itu tanpa banyak pertanyaan soal makna di balik perayaannya. Toh, hari itu banyak cokelat lucu yang bisa dibagi dan dinikmati. Kurang lebih seperti itulah. Intinya, dia tahu. Bergembira di Hari Valentine, bukan berarti hanya merayakan kasih sayang di hari itu saja.
Yang membuat saya agak berpikir, adalah setelah mengetahui kalau dia pernah mendapat kejutan di Hari Valentine tahun 2002 dari [waktu itu] pacarnya. Dan dia senang. Ego laki-laki saya tersentuh. Hehehe. Membaca itu jelas membuat saya jadi berpikir dua kali. Jangan-jangan, pacar saya akan kecewa kalau Valentine kali ini tidak dapat hadiah apa-apa dari saya.
Belum lagi kenyataan kalau saya bukan pria romantis. Memberi bunga saja belum pernah. Memang, saya sering memuji dan mengucapkan kata sayang, tapi saya tidak anggap itu sesuatu yang romantis. Apalagi ini? Merayakan Hari Valentine. Bah, saya tidak tahu harus berbuat apa. Cokelat apa yang harus dikasih? Bunga apa yang harus saya pilih?
Walaupun itu bukan intinya. Tapi itu tadi. Saya kurang suka merayakan hari. Toh setiap hari adalah hari yang baik dan sama bahagianya buat saya. Apalagi kalau ada pacar di samping saya. Wah bahagia sekali. Hehe.
Kembali ke Hari Valentine. Dia bilang mengerti pendapat saya. Apalagi dengan kondisi saya di Jakarta dia di Bandung, dia lebih memaklumi. Dan dia juga tidak mau saya memberi sesuatu karena ikut-ikutan. Bukan keinginan sendiri. Tetap saja, itu terus berputar di kepala saya. Bagaimana kalau pacar saya kecewa? Dan itu hal terakhir yang saya inginkan.
Ah jadi bingung.
0 Comments