John Paul Ivan: “Walaupun Tanpa Boomerang, Aku Harus Bangkit Kembali!”
Akhir
Juli lalu, John Paul Ivan, eks gitaris Boomerang, memberi kabar soal
band barunya. Minta dipromosikan di majalah kami. Hasilnya, Selasa
[1/8] dia datang ke kantor. Sendirian. Dan ini petikan wawancaranya.
Bagaimana ceritanya bisa gabung ke U9?
Aku keluar Boomerang, 12 Juni
2005. Tapi sebelum keluar, sudah nge-jam dengan banyak musisi. Dulu sih niatnya
pengin bikin album solo. Aku waktu itu udah manggung ke mana-mana, dengan John
Paul Ivan Trio. Kami maenin lagu yang menurut kami enak. Pokoknya lagunya
disesuaikan dengan segmen pendengarnya. Nopember, Log nelepon Aku. ‘Gimana nih,
ada band U9 yang juara festival. Dia mau rekaman untuk album kedua.’ Waktu itu
aku mikir, boleh tapi cuma featuring aja. Terus, Log nawarin, ‘Wah jangan
featuring, kalau mau, gabung saja.’ Soalnya satu gitaris U9, keluar. Dan kenapa
Aku yang ditawarin? Agustus 2005 Aku ditawari jadi juri festival rock-nya Log.
Bintang tamunya kebanyakan U9. Selain jadi juri, aku nge-jam juga bareng mereka.
Waktu itu masih bawain lagu Boomerang. Akhirnya aku putuskan gabung setelah
ngobrol panjang dengan Log. Desember Aku putuskan terima. Kami jalani saja. Di
sini tidak ada ikatan atau gimana. Kita lihat saja album ini nanti bagaimana.
Bukan percobaan juga sih. Hanya,
kami nggak bisa menjanjikan. Yang penting komitmennya. Aku harus jadi musisi
yang professional. Januari langsung rekaman. Karena materi mereka sudah siap.
Nopember dikasih demo U9. Mungkin karena dari materi juga, Aku merasa bisa
melebur. Bisa memberi enerji. Materi lagunya bagus-bagus. Sesuai dengan umur
mereka. Segmennya untuk remaja. Dan Aku lihat dari sisi komersil, mereka punya
potensi. Walaupun dibalut dengan rock.
Satu dekade. [tertawa].
Bertahun-tahun main dengan yang seumuran
Beda sekali. Memang kerasa
bedanya. Tapi Aku sudah komit. Aku harus jadi seorang yang professional. Itu
harus disisihkan. Melebur saja. Aku harus masuk ke dunianya mereka. Jaman-jaman
umur 24 itu bagaimana. Tapi memang beda, kalau jaman Aku dan anak sekarang,
cara pandangnya beda.
Sejauh ini sih nggak apa-apa. Aku
sih gampang saja. Yang penting, di band begini, kita harus bersikap
professional.
Mereka bagus-bagus.
berbeda
Ya memang, mereka berkembang di
jamannya. Cuma buat Aku, itu bagian dari masukan, input.
ilmu lah. Soalnya Aku tidak mau mematok Aku begini kamu begitu. Makanya, itu
meleburnya. Talent mereka bagus-bagus. Dari semua lini. Gitar, drum, bass.
baru?
Ya ini resiko yang Aku harus
jalani. Dulu keluar dari Boomerang sudah dipikirkan matang-matang. Aku
keluar
dari yang menghidupi Aku. Istilahnya rejekinya ditinggalin begitu saja.
Tapi ya
itu konsekuensi. Walaupun tanpa Boomerang, Aku harus bangkit kembali.
Meskipun dari nol lagi. Bergerilya lagi. Berpromo lagi. Nggak apa-apa.
Aku
menjalaninya dengan enak. Hidup punya rotasi. Kadang di atas, kadang di
bawah.
Bagaimana kita menjalaninya. Yang penting dengan senang.
Pernah terpikir tidak, kalau Log memanfaatkan nama besar Anda untuk
mendongkrak U9?
Semua ada alasan dan strateginya.
Memang tidak dipungkiri, istilahnya semua ada alasan bisnis di balik itu. Nggak
usah jadi orang munafik. Yang penting menyelaraskan dari
kepentingan-kepentingan itu. Jiwa Aku memang jiwa player. Lebih suka main
daripada duduk di belakang meja. Makanya Aku terima ini. Karena dengan berbagai
pertimbangan. Memang tidak bisa secepat yang diharapkan. Itu nanti akan
berjalan dengan sendirinya. Yang penting kita jalani dengan benar.
sudah didapat di U9?
Beda mungkin ya jaman dulu dengan
sekarang. Aku harus jadi sosok yang professional saja sekarang. Ingin main
musik dengan suasana yang enak, tenang dengan kondisi yang professional. Kalau
jaman saya keluar dari Boomerang, ya karena memang nggak enak. [tertawa].
Mungkin visinya. Akunya yang
stress. Mendingan aku keluar.
Dibilang tidak nyaman juga, tapi
ada lagu-lagu yang bagus. Waktu itu, aku ya sudah. Jadi seorang yang
professional saja. Aku main all out. Semua yang aku rasakan, ditumpahkan di
secara jujur sudah tidak dapet. Konsep album itu, nggak dapet. Puncaknya
Boomearang, ada di Extravaganza dan Terapi Visi. Nah yang Urbanoustic, aku juga
mencurahkan, Cuma soal konsep, nggak dapet. Mungkin itu sudah tidak nyambungnya
pikiran kami berempat.
Pengaruh ganti label mungkin?
Sebenarnya bukan pengaruh dari
label juga. Itu memang kondisi dari kami. Sony membebaskan kami. Memang kaminya
yang tidak nyambung.
rehat dulu? Mungkin karena jenuh.
Kejenuhan mungkin ada. Tapi kalau
dari kita yang mau hidup dari musik, itu harus diatur. Ini visinya yang tidak
sama. Kami mau bikin Boomerang yang enak itu bagaimana? Itu yang nggak
nyambung.
Puncaknya apa yang bikin Anda
keluar?
Pertimbangannya banyak.
Sebenarnya dari album Terapi Visi itu sudah mulai. Cuma semangat aku yang kuat,
jadi tidak terlalu menggubris itu. percik-perciknya sudah ada memang. Tidak
bisa segila dulu. Tapi aku sudah hilangkan, soalnya aku mau konsentrasi ke Terapi
Visi. Nah menjelang Urbanoustic, suasananya tambah tidak bagus. Akhirnya aku
udah ancang-ancang.
Soal visi, berarti yang bertiga memang satu visi?
Aku nggak ngerti apa yang ada di
kepala mereka. Mungkin mereka udah no big deal dengan kondisi itu. Mereka juga
sebenarnya ngerti harus bagaimana, tapi ya udahlah. Atau mungkin mereka punya
pandangan ke depan. Cuma ya gitu, nggak bisa direalisasikan. Nggak nyambung.
orang yang baru putus. Ada yang manis, langsung didekati.
Itu pandangan orang saja. Kenapa
saya begitu? Hanya ingin menjaga eksistensi aku sebagai player. Kalau lama
diam, nggak baik buat aku. Selain butuh penyaluran, aku butuh proses
pembelajaran, makanya manggung. Kalau aku berhenti main, itu namanya kemunduran
buat aku. Makanya aku nggak lihat omongan orang.
eh kita bikin kolaborasi.
Aku lebih banyak sebagai player
saja. Lebih gitaris yang memberi sentuhan. Bukan sebagai komposer.
Kasarnya sih, ego gitaris Anda masih tersalurkan.
Masih.
curahkan. Istilahnya, orang masih bisa dengar, oh ini
dapat, masa aku bergabung. Pokoknya masih bisa menyalurkan hasrat. [tertawa].
Masih. Tapi lihat situasi kondisi
dulu. Industri musik
masih nggak karuan. Bukan soal bakat orang. Cuma pelaku bisnisnya, hukumnya.
Aku masih mikir, kalau bikin solo, yang beli siapa? Kalau sudah jadi, terus
nggak laku, ya malu. Pasarnya tuh susah untuk nerima sesuatu yang lain.
Hukumnya juga masih belum beres. Orang tinggal download-download saja.
Oh itu pasti. Segmennya kecil
sekali. Cuma soal hak cipta juga masih belum beres. Bajakan masih ada.
Akhirnya, mana yang prioritas utama lebih enak. Itu nanti lah, album solo sih,
side project. Kalau memang sudah ada waktu luang yang enak. Mood-nya dapet.
membuat karya?
Kalau aku sih, selaras. Kita bisa
mengeluarkan idealisme, juga komersialitasnya. Kalau terlalu komersil, nanti
hilang esensi bermusiknya. Atau sebaliknya. Yang penting balance.
Sekarang
diberi embel-embel U9 di belakang nama Anda. Ivan U9. Bagaimana perasaan Anda?
Memang harus begitu [tertawa].
Ini sebenarnya
dari orang. Bukan dari akunya. Kalau dari aku, nama ya tetep nama sendiri.
Soalnya, mau nggak mau begini. Kondisi di U9 ini memang bukan band yang
dibentuk dari awal. Aku masuk dengan adanya pertimbangan-pertimbangan. Ya mau
nggak mau seperti ini. Mau diapain? [tertawa] Jalanin saja.
gabung di U9?
Bukan begitu. Ini masih awal. Aku
juga belum tahu, nantinya bagaimana. Yang penting sekarang komit. Kami
sama-sama membangun. Kami jalani dari awal. Yang penting niatnya dulu.
Yang menyenangkan bekerja dengan anak-anak U9 ini apa?
Bedanya begini. Band yang sudah
besar dengan band yang masih baru, perbedaannya adalah semangat. Mereka
semangatnya masih tinggi. Ingin cepat dikenal orang. Band yang sudah di atas,
biasanya penyakitnya begitu. Karena keenaknya sudah didapat. Semangat itu sudah
menurun. Mau bagaimana? Mau terus more more more! Utak-atik band ini, atau Cuma
ya udah sampai sini saja. Tinggal main. Tidak ada semangat yang lebih.
Penilaian Anda soal dua gitaris baru Boomerang?
Si Andri eks gitaris Power
Slaves, aku bilang bagus. Bisa kasih sesuatu yang fresh. Cuma Boomerang-nya
yang tidak bisa menunjang. Tidak bisa mengimbangi si Andri. Stuck di situ saja.
Sayang. Harusnya berubah lagi. Bukan jadi band yang lain. Tapi harus dipupuk
lagi. Kalau gitaris yang satu lagi, masih additional.
Sangat berat. Aku memikirkannya
benar-benar. Ini band yang aku mauin. Jiwa aku di situ. Tapi ternyata, malah
aku sendiri yang meninggalkan.
Komentar orang-orang terdekat Anda?
Pasti banyak yang menyayangkan.
Kenapa keluar? Harusnya kamunya yang mengubah. Apalagi komentar fans. Marah
semua. Tapi biarin saja. Mau ngomong apa saja.
Itu momen terberat Anda selama berkarir?
Istilahnya aku keluar dari
tambang emas. Orang pasti mikirnya, kok bodoh sekali. [tertawa].
0 Comments