Kenapa Harus Menyiksa Perempuan?
Saya masih tidak mengerti perilaku
laki-laki yang suka menyakiti secara fisik perempuan; pacarnya,
istrinya, orang-orang yang katanya mereka sayangi. Kenapa ya mereka
begitu? Marah? Kesal? Wajar saja. Tapi, apa harus sampai memukul? Oke
lah, kalau ada laki-laki yang suka berkelahi dengan sesama lelaki.
Emosi, langsung hajar! Saya tidak terlalu bermasalah dengan itu.
Kamu mungkin pernah melihat atau mendengar kasus semacam ini lewat
media massa. Saya punya tiga teman perempuan, dengan latar belakang
seperti itu. Disiksa secara fisik oleh pacarnya. Entah apa salah mereka
di mata pacarnya, saya juga kurang paham.
Saya tidak terlalu dekat dengan tiga perempuan yang saya maksud di
atas. Tapi, tetap saja. Mendengar ada laki-laki menghajar pacarnya,
saya kesal. Apapun kesalahan yang dibuat perempuan-perempuan itu,
mereka tidak pantas mendapat bogem mentah [haha. ini istilah old school
ya?].
Tapi, yang membuat saya heran. Kenapa perempuan-perempuan itu tidak
bisa [atau susah sekali] meninggalkan laki-lakinya ya? Sudah jelas,
pacarnya menyiksa. Kenapa masih juga dipertahankan? Malah, ada yang
balik lagi ke si laki-laki, walaupun sempat meninggalkan.
Rasa sayangkah? Kalau memang mau berpikir jernih, laki-laki yang
menyiksa pasangannya, harusnya dipertanyakan rasa sayangnya. Apakah
para laki-laki penyiksa itu mulutnya manis, hingga mampu membuat si
perempuan tetap bersamanya. Atau mungkin, ini bukti kalau rasa sayang
mengalahkan segalanya. Biarpun sering disiksa, tetap saja
perempuan-perempuan itu ada di sisi si laki-laki. Logikanya sih, orang
seperti itu harus ditinggalkan.
Atau memang, urusan hati kadang tidak sesuai dengan logika?
0 Comments