LALIEUR LALEULEUS PAREGEL
Ini cerita singkat tentang band yang lahir dari kampus, dan tak pernah berkembang.
Terbentuk tahun 2002 dalam rangka mengisi acara Malam Keakraban Fikom Unpad. Setelah beberapa kali main di kampus, Jatinangor, panggung semacam malam hiburan di Buah Batu, band ini bermain untuk terakhir kalinya pada tahun 2004, di resepsi pernikahan seorang kawan di Gedung Nestle.
Nopember 2007, seorang mahasiswi Fikom Unpad angkatan ’07 menghubungi saya. Meminta kami bermain lagi di Makrab Fikom, pada Desember 2007.
Kami menolak. Terlalu mepet waktunya. Tak cukup untuk latihan. Gitaris kami saja, terakhir memegang gitar empat tahun lalu.
Ternyata, acaranya diundur. Januari 2008, si mahasiswi menghubungi saya lagi. Mengatakan kalau jadinya, acara digelar 29 Februari.
Dia terus bertanya. Akhirnya kami luluh.
Led Zeppelin reuni. The Police reuni. Dan kami pun reuni. Hahaha. Sok keren gini ya penjelasannya. Padahal mah, timing-nya tepat. Kami sedang rindu merasakan panggung.
“It’s been a long time since I rock n’ roll,” kata Led Zeppelin.
***
Di studio, ketika latihan untuk pertama kalinya, sejak tiga tahun, para players kami lupa kord. Haha. Saya yakin ini tak terjadi pada Led Zeppelin atau The Police.
Tapi persoalan tak berhenti di situ.
Menjelang latihan ke-2, Ricky Yudhistira, gitaris kami, sakit tipes dan DBD. Yusep Permana aka Pecuy bersedia menggantikan. Dia datang di hari latihan. Tapi, bassist Riki Rusmayadi, gitaris Didiet Rahardja dan vokalis Robby Trishna Sutedja tak bisa datang. Akhirnya, hanya saya, Pecuy, vokalis Bayu Kurnia Prasetya dan drummer Roby Nugraha.
Padahal, tinggal ada waktu satu kali latihan lagi, pas di hari H. Beberapa jam sebelum manggung.Tanpa ada kepastian apakah Didiet bisa datang atau tidak. Karena dia juga sakit.
Ah, susahnya punya dua gitaris yang sudah tua dan sakit-sakitan. :p Atau, ini karena karma punya nama LALIEUR LALEULEUS PAREGEL [alias, pusing-pusing, lemes-lemes, pegel-pegel]?
Hari H, Pecuy mengatakan tak bisa ikut bermain. Dia harus meng-edit film dokumenter di Jakarta. Didiet juga tak bisa bermain. Masih sakit. Ini berarti, hari H, kami terancam tak punya gitaris.
Di tengah kebingungan, Ricky mengabarkan akan datang ke Bandung. Dia baru pulih dari tipes dan DBD. Tadinya, ingin menonton saja. Ah syukurlah. Akhirnya, kami terpaksa harus bermain dengan satu gitar.
Damn. Padahal, ini seharusnya reuni. Sebuah come back yang special. Hahaha.
***
Acara musik di Fikom Unpad selalu sama dari tahun ke tahun. Selalu ada Pom Pom Boys, modern dancer dan band-band kampus. Jaman saya kuliah sih, band-bandnya biasanya didominasi band-band Top 40 atau R n B. Yang biasa membawakan lagu, “Have Fun Go Mad!” Yang biasanya pas lagu itu, gadis-gadis menyambut histeris dan berjoget menggila.
Dan saya, lebih senang menyaksikannya. Hehe.
Kami bermain sekira jam sebelas malam. Sebelumnya, ada band-band dengan kostum aneh-aneh dan para personelnya berusaha melucu. Sepertinya memang harus begitu untuk bisa bertahan di kampus Fikom Unpad. Harus ada unsur menghibur atau lucu atau main-main.
Buktinya, dari sekian banyak band kampus, kami salah satu yang bisa diingat. Padahal, yang suka melucu di panggung cuma saya. Padahal, saya melucu karena tak tahu lagi harus berbuat apa. Tugas utama saya, membuat penonton panas. Menjadi penyambung lidah antara pemain dan penonton. Padahal, saya melucu karena tak bisa bermain instrumen dan tak bisa bernyanyi dengan baik. Padahal, kami penginnya dianggap sebagai rock band yang berbahaya! Hahaha.
Malam itu, kami membawakan lima lagu; Gadis Extravaganza, Kehidupan, Preman, The KKK Took My Baby Away dan Bento. Dua lagu terakhir ternyata liriknya dihapal dengan baik oleh penonton.
Silakan lihat foto-foto ini. Untuk sekali ini, saya posting foto saya dan kawan-kawan lagi manggung. Hehe. Semua hasil jepretan Tetta. Yah sudahlah. Lagi-lagi saya sedang malas untuk menulis. Mungkin karena terlalu jauh jarak dari kejadian dan waktu posting. Mungkin karena saya sekarang sedang Lalieur Laleuleus Paregel.
0 Comments