Dia dikenal dengan berbagai nama.

Majalah Cosmopolitan, menyebutnya dengan Mr. Happy. Entah dari mana asalnya. Mungkin jurnalis penggagas nama itu, selalu happy setiap bertemu dengannya. Mungkin juga, karena setiap melihat penampakannya, dia terlihat selalu bahagia. Atau, mungkin si penggagas, pertama kali melihatnya, dari seseorang bernama Mr. Happy. Ada juga yang menyebutnya dengan Mr. P, yang kemungkinan besar berasal dari nama standar: Penis, selain tentu saja nama standar lainnya: Titik, Kontrol. Sengaja saya plesetkan. Biar tak terlalu vulgar. Nanti disensor KPI. Haha.

Seorang kawan saya di SMP, sering menyebutnya dengan si Otong. Entah apa makna filosofisnya. Atau, kalau versi standar mainstream dari nama lain dia: “Adik” [Padahal, hubungan dengan si pemilik, bukan adik kakak], “Junior” [padahal, hubungannya bukan ayah anak], dan yang paling mainstream: “Burung.” Padahal, tak bersayap, dan tak punya paruh. Kesamaannya, hanya punya telur.

Dan setiap pria pasti pernah mengalaminya.

Ya, kecuali mungkin yang punya kelainan alias disfungsi.

Saya pernah baca di internet. Entah lelucon entah bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Katanya, pikiran laki-laki tak bisa lepas dari seks. Sepanjang hari, selalu topik seks muncul di benak. Tapi, yang akan saya bahas berikut ini, seringkali tak berhubungan dengan seks. Atau, mungkin alam bawah sadarnya ya? Tapi seingat saya sih, seringkali tak selalu berhubungan dengan seks.

Ereksi. Berdiri. Ngacung. Kontak. Sekali lagi, sengaja saya plesetkan. Supaya agak lucu saja, dan supaya tak disensor KPI. Lagi-lagi KPI. Maklum, penyiar radio yang baru beberapa bulan ini diberi edaran soal kata-kata yang jangan diucapkan saat siaran.

Ereksi karena rangsangan sih, biasa. Normal adanya. Melihat yang menggiurkan, otomatis berdiri tegak, menjadi keras. Penjelasan ilmiahnya, kayaknya sih berhubungan dengan aliran darah yang terpusat di satu titik itu. Hebat sekali ya, otak laki-laki, bisa memusatkan perhatian ke satu titik di satu saat. Fokus sekali.

Tapi, ada masanya, terjadi ereksi mendadak. Bahkan tak sedang melamun jorok, atau tak melihat pemandangan apapun, dia bisa tiba-tiba berdiri. Tanpa dikomando. Seakan-akan punya pikiran sendiri. Bagaikan otonomi daerah. Tak ada perintah dari pusat, dia punya kebijakan sendiri.

Dan ketika itu datang, biasanya terjadi awkward moment yang cukup membuat kesal.

Apalagi kalau itu terjadi di angkutan umum. Bayangkan, sedang di bis kota, posisi sedang berdiri alias tak kebagian tempat duduk. Ketika mendadak ereksi [si pemilik dan si adik jadinya sama-sama berdiri], tentu saja harus segera ditutupi. Persoalan terjadi kalau si laki-laki tak membawa tas. Kalau membawa tas pinggang, lebih aman. Tinggal memindahkan posisi tas ke depan, maka penampakan bisa diamankan. Kalau memakai tas ransel agak repot juga sih, soalnya harus buru-buru memindahkan tas ke depan, dan itu mencurigakan. Bisa-bisa dikira copet. Kan copet biasanya menaruh tas ransel di depan badannya, supaya tangannya tertutupi. Bahayanya, kalau ada yang melihat laki-laki ereksi, dan mengira akibat penumpang lain di bis kota, bisa-bisa dikira pelaku pelecehan seksual. Nanti fotonya dipampang di bis kota.

Di angkot sebenarnya masih agak aman, karena posisi duduk. Jadi tak terlalu menonjol. Yah, yang bawah sih tetap menonjol ya. Cuma yang berbahaya, kalau sudah saatnya turun dari angkot, dan ereksi masih terjadi. Bakal canggung sekali, karena ada yang menunjuk. Apalagi kalau pas turun ke jalan, orbit belum diarahkan dengan baik, akan terlihatlah bagian bawah menunjuk.

Makanya, saya tak suka memakai bicycle pants, atau celana renang ala speedo. Ketat sekali. Lebih ketat dari skinny jeans. Bedanya dengan skinny jeans, keketatan celana renang, membuat bagian selangkangan jadi cukup terekspos. Serba salah. Terlihat gundukan tak enak. Tak terlihat gundukan juga tak enak, karena bakal ada asumsi soal ukuran. Nah, apalagi kalau mendadak ereksi ketika memakai celana renang dan posisi sedang tak ada di dalam kolam. Wah itu mah, susah sekali disembunyikan.

Tapi ya, sebenarnya sih, semua itu harus disyukuri. Yang penting, masih bisa ereksi. Kalau tidak, nanti harus mendatangi Ikang Fawzy, dan bertanya, di mana obat yang dia jual, bisa kita dapatkan.

*Lalu terbayang wajah Ikang Fawzy dengan make up tebal, dan alis nyaris hilang, sambil bernyanyi dengan suara serak dia yang khas. “On Cliiniiic….”