Saya sering sekali mengalami mimpi aneh yang tak jelas ceritanya.

Ini baru saja terjadi. Mumpung masih ingat, harus langsung saya tuliskan di sini. Siapa tau, kalau mulai menuliskan mimpi-mimpi aneh saya, lama-lama bisa dijadikan cerita fiksi yang luar biasa. Haha.

Seperti biasa, mimpi itu seringkali tak jelas latarnya. Saya tak tahu sedang ada di mana. Yang jelas, sedang ada di kamar tidur. Saya sedang rebahan. Sebelum tertidur, saya diomeli Tetta, istri saya, karena tidur melulu hari ini. Padahal, saya memang mengantuk. Dan saya pernah baca [dari twit sebuah akun, tapi saya lupa detilnya], orang kreatif itu sering dianggap pemalas karena jam tidurnya yang lebih banyak dari orang lain. Bukan berarti saya mengaku kreatif ya, tapi karena pernah baca soal itu, jadi ya sudah saya pilih itu saja, daripada memilih untuk mengakui bahwa saya pemalas.

Oya, kembali ke mimpi. Saya ada di kamar tidur, bersama Iggy, anak saya–kebetulan saya memang sedang tidur bersama dia. Jadi, mimpinya masih ada hubungannya dengan dunia nyata. Di luar kamar, banyak sekali orang. Ada banyak saudara saya dari Bandung–wajahnya sih tak jelas, tapi di mimpi, saya merasa mereka itu saudara saya. Ada bapak dan ibu saya.

Di luar hujan rintik-rintik. Bapak saya tiba-tiba bilang bahwa aki [bahasa Inggrisnya sih accumulator, tapi biar lebih mudah, ditulis aki saja ya, semoga tak keliru dengan aki nini] mobilnya soak. Saya bilang, daripada disetrum, mending beli yang baru saja. Kebetulan ada Shop and Drive [salah satu toko aki yang cukup populer di Jakarta] di seberang jalan. Ternyata aki mobilnya, seharga 900 ribu. Perasaan, terakhir saya beli aki di sana, cuma 600 ribuan. Sebagai cheap bastard alias pelit, saya bimbang antara memberi 900 ribu untuk bapak saya, atau cuma 600 ribu dan sisanya bapak saya yang bayar.

Adegan lagu berpindah ke dalam rumah–tak jelas rumah siapa, pokoknya di rumah. Saya melihat sepupu saya yang baru saja membeli celana jins warna merah, saya lupa mereknya, yang jelas, celananya panjaaaaang sekali. Dan yang anehnya, dari bagian lutut hingga ke bawah, celana itu menempel. Jadi, orang tak bisa berjalan kalau memakai celana itu, alias harus melompat seperti sedang lomba balap karung. Tren masa kini, pikir saya.

Adegan berpindah lagi ke kamar tidur. Anak saya tiba-tiba berbicara, “Ini…” kata berikutnya saya lupa. Yang jelas, dia menertawakan sesuatu sehingga saudara-saudara saya di luar kamar ikut tertawa. Lalu, tiba-tiba ada anak perempuan di dalam kamar, pamit. Ini mungkin karena sebelum tertidur, ada tamu yang membawa anak perempuan, dan dia mau meminjam sepeda Iggy. Anak itu tertinggal hapenya di dalam kamar. Saya memanggilnya, dan menunjukkan dua hape.

Lantas adegan berpindah ke ruangan lagi. Saya bertanya, kapan bapak dan ibu saya berencana pulang ke Bandung, perasaan tadi sudah pamit. Tapi, begitu saya ke ruangan itu, mereka bilang, sedang menunggu seseorang menyelesaikan pekerjaannya.

Ternyata, yang di tunggu, ada di dalam ruangan. Di sana ada orang-orang KPK sedang mewawancarai seseorang, buat Metro TV, katanya. Ini mungkin karena beberapa hari lalu, saya membaca twit soal Navicula dan Ketua KPK Abraham Samad diundang ke Kick Andy. Tapi anehnya, ternyata yang memegang kamera adalah teman saya dari SMA 3 Bogor. Badannya aslinya gemuk, tapi di mimpi, dia jadi ramping. Entah faktor mimpi entah sekarang dia sudah begitu badannya. Kayaknya sih, saya sudah sepuluh tahun tak bertemu dia.

Di tengah kebingungan saya dengan adegan ini, tiba-tiba, salah seorang staf dari KPK menghampiri saya, menceritakan soal kerjasama KPK dengan beberapa pihak demi kampanye antikorupsi. Orang itu menyebut nama Youtube, dan beberapa nama lain yang tak saya ingat…

Baru sebentar orang itu berbicara, saya mendengar suara di balik pintu.

“Udah jam satu, makan dulu,” Tetta mengingatkan saya.

Tapi itu bukan di dalam mimpi. Dia muncul di pintu kamar.