Masih Banyak Wartawan Pemalu
Saya rasa, masih banyak wartawan yang malu bertanya di depan forum.
Coba kamu sekali-kali datang ke konferensi pers launching album, atau semua yang berhubungan dengan musik deh. Karena tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman saya di beberapa konferensi pers yang berhubungan dengan musik.
Setelah ada presentasi soal album, atau konser, atau apapun itu acara hari itu, biasanya ada forum tanya jawab. Tidak jarang, moderator kesulitan mencari wartawan yang ingin bertanya di forum. Walaupun di beberapa konferensi pers, ada juga yang ramai bertanya.
Tapi, biasanya, setelah sesi tanya jawab ditutup, mereka—dugaan saya kebanyakan kru infotainment, dengan kamera-kameranya—berkerumun kembali di tempat lain, yang tak jauh dari meja tempat konferensi pers digelar. Lah, perasaan waktu tadi dibuka sesi tanya jawab, tak banyak yang menunjukkan ketertarikan untuk bertanya, waktu diberi kesempatan?
Kenapa mereka lebih suka menunggu setelah beres sesi tanya jawab formal yang sengaja disediakan penyelenggara? Kalau alasannya eksklusivitas, saya bisa mengerti. Kalau memang, wawancara tersendiri setelah konferensi pers itu, dilakukan hanya oleh si media dan narasumbernya, saya bisa mengerti.
Yang selama ini terjadi, mereka mengadakan wawancara itu bersama-sama juga. Dengan banyak kamera menyorot. Dengan banyak recorder di meja. Dan kutipan dari si narasumber, untuk banyak orang juga [buat yang belum tau, kenapa tayangan infotainment sama saja, dari pagi hingga sore, ini alasannya. Karena mereka selalu senang bergerombol.] Hanya bedanya, jarak antara si pewawancara dengan narasumber sangat dekat. Tanpa moderator. Tanpa suara si wartawan terdengar jelas di forum.
Makanya, saya mengambil kesimpulan sembarangan. Masih banyak wartawan yang malu bertanya, atau berbicara di depan forum.
0 Comments