Afterhours: RNRM
Ini arsip dari pekerjaan saya sebelumnya. Di sana, ada rubrik afterhours. Isinya hal-hal ringan. Saya sering memaksakan diri untuk memasukan wawancara dengan band. Karena jatahnya hanya satu halaman, ya cuma bisa ditulis segini. Ada versi yang lebih panjangnya, tapi tidak tahu di mana. ini versi siap cetak. Beberapa waktu ke depan, saya akan posting arsip-arsip wawancara saya untuk afterhours.
R.N.R.M: “Nggak Seru Kalau Main di Klub Terus.”
Rilis album kedua, tur Eropa, R.N.R.M coba masuk ke komunitas band. Soleh Solihun mendengarkan cerita mereka.
Bagaimana ceritanya bisa tur Eropa?
Hendra: Ade Habibie, teman lama kami rilis album pertama kami di
Kenapa penonton di
Ekky: Di beberapa tempat, masih banyak yang begitu. Mungkin terlalu banyak musisi, di sini [tertawa]. Mungkin mereka malu juga, karena tidak ada yang memulai untuk meramaikan suasana.
Padahal kalian sudah berusia lima tahun, kenapa masih begitu ya?
Hendra: Nggak juga sih. Waktu di album pertama, cenderung ke klub, itu oke-oke saja. Di album kedua ini, kami masuk ke panggung, ke komunitas band. Kami masih baru di komunitas band. Kalau di klub, semua orang dikasih musik apa aja, kalau udah mabok, goyang. Kami masih berusaha mencoba mengenalkan musik kami di panggung.
Kenapa memutuskan main di komunitas panggung?
Hendra; Ya itu dia. Nggak seru kalau main di klub terus, nggak berkembang. Tahun 2005, kami udah mulai masuk ke konsep band panggung. Udah mulai ada vokal, bass. Nah, sekarang album “Out Box” ini, keluar dari konsep album pertama.
Penonton di pertunjukkan Goodnight Electric sudah bisa goyang, kenapa di kalian tidak?
Hendra: Mungkin karena segmennya. Kami penginnya 20 tahun ke atas, bukan usia SMP. Jadi, lebih dewasa.
Atau, beat kalian kurang bisa mengajak orang berjoged?
Hendra: Nggak juga sih. Waktu melihat di Eropa, musiknya santai, tapi mereka bisa goyang. Beribu-ribu orang, bisa gerak juga. Beat bukan persoalan.
Sekarang kalian menuliskan nama dengan R.N.R.M, mau ganti imej?
Hendra: Supaya lebih singkat aja. Nggak usah harus Rock N Roll Mafia. Dan capek aja ditanya, “musiknya rock n’ roll ya?” Tapi, itu salah satu alasan. Kayaknya R.N.R.M ebih catchy daripada Rock N Roll Mafia. Karena kami bukan rock n’ roll. Dan bukan mafia juga [tertawa].
Bagaimana ceritanya bisa ada vokal Jamie Aditya di album “Outbox” ini?
Hendra: Dia menelepon, bilang minta dibantuin bikin solo album. Kirain ada yang bercanda. Akhirnya pas ketemu, eh ternyata bener Jamie Aditya. Ya udah. Dia datang ke
Ungkapan “dancing in the echoes” dalam lirik kalian, itu maksudnya apa?
Ekky: Kalau orang mabok, dia nggak ngerti musik apa, tapi enjoy aja itu kalo gue sih. Rasa senang yang berlebihan lah [tertawa].
Hendra: Kalau gue, “dancing in the echoes” itu di kehidupan gue. Misalnya, gue lagi di studio, itu echo gue. Kalau gue lagi di mana, echo gue itu di situ.
0 Comments