Alhamdulillah, Enak!
Halo sodara-sodara,
Saya mau cerita soal pertunjukan stand-up comedy saya yang digelar, Sabtu, 25 Maret 2017 kemarin di Gedung Kesenian Jakarta. Haha. Iya, saya tau, ini udah sebulan sejak pertunjukan “Dibilang Enak Ya Memang Enak” itu. Maaf ya. Baru sempat nulis. Soalnya, sehari setelah pertunjukan saya ada pekerjaan. Hari berikutnya, langsung je Bandung. Jadi ya, gak sempet istirahat. Terus, saya juga sedang menulis buku. Deadline nya setiap Senin dan Kamis. Unduh aplikasi Whattpad aja kalo mau baca naskah buku yang sementara dikasih judul “Macan Kampus” itu ya. Saya cerita soal pengalaman selama 7 tahun di Fikom Unpad.
Oke, kembali ke topik. “Dibilang Enak Ya Memang Enak” dimulai jam 7.30 malam. Memang, di flyer ditulis jam 7, tapi kan saya kasih info lagi di media sosial bahwa pintu dibuka jam 7, dan acara dimulai jam 7.30 malam. Waktu Indonesia Barat tentunya. Teman-teman semanajemen tampil menari; Arie Kriting, Ge Pamungkas, Ardit Erwandha, Aci Resti, dan Bene Dion. Hasilnya? Tak sesuai yang saya harapkan. Tadinya saya berpikir kalo mereka tampil menari, penonton akan tertawa melihat aksinya. Eh ternyata biasa saja. Entah karena mereka tak setenar itu di mata penonton yang datang, entah karena memang tak tahu harus merespon apa. Tadinya Ernest Prakasa akan ikut formasi menari, tapi ketika persiapan berlangsung, Ernest sedang ada masalah di Twitter sehingga suasana hatinya tak sedang bagus untuk latihan menari. Akhirnya Ernest jadi MC. Saya juga mengajak Uus sebagai pasangannya. Kan sama-sama banyak yang memaki tuh di Twitter. Haha.
Kamga jadi pembuka. Banyak mengucapkan kata “titit” dalam lawakannya. Haha. Untungnya lucu dan konteksnya bukan memaki. Joshua yang tampil selanjutnya, sukses mengobok-obok perut dengan lawakannya yang mengolok-olok dirinya sendiri. Banyak teman saya yang tak menyangka kalau Kamga dan Joshua selucu itu. Mereka sangat terhibur dengan penampilan dua musisi itu.
Keinginan saya akhirnya terwujud. Muncul ke panggung dari bawah, kebetulan GKJ baru selesai renovasi dan mereka menyediakan panggung yang bisa naik turun. Lalu penari. Saya selalu ingin muncul di panggung dibuka dengan penari. Biar seperti rockstar. Atau produk yang di-launching.
Saya awalnya mengira akan tampil paling lama 2 jam. Soalnya, ketika semua materi itu dicoba di open mic, durasinya hanya 1,5 jam. Ternyata ketika di panggung, ada banyak improvisasi materi sehingga membuat saya tampil selama 3 jam 20 menit. Pantesan pinggang saya sakit di panggung. Saya pikir baru 1,5 jam kok sudah panas dan pegal pinggangnya? Saya baru sadar sudah 3 jam ketika di sesi turun ke penonton, Ernest bilang bahwa saya sudah 3 jam tampil. Yah, itu sebabnya saya tak mau bikin 2 pertunjukan dalam sehari. Haha.
“Dibilang Enak Ya Memang Enak” bakal dikeluarkan dalam format DVD. Tunggu saja ya, infonya di akun Twitter dan Instagram saya. Sementara itu, ini ada beberapa foto hasil jepretan Mohammad Asranur (yang hitam putih) dan Pio Kharisma.
Dan saya mau menutup tulisan ini dengan pujian. Sebenarnya banyak yang memuji sehingga bagus untuk dijadikan alat pamer alias riya, tapi Pandji Pragiwaksono paling bagus kalimat pujiannya. Maklum, dia jago sekali mengeluarkan kalimat yang bisa meningkatkan kredibilitas. Buktinya, Anies bisa jadi Gubernur DKI Jakarta tuh karena Pandji jadi juru bicaranya.
“Semalem gue nonton salah satu pertunjukan komedi yang mengagumkan. Soleh Solihun bisa jadi merupakan salah satu komika terlucu dan terberani (atau tercuek?) yang gue pernah lihat. It’s almost hero-like, karena Soleh membahas dengan biasa biasa saja hal yang kami bahas diam-diam. Setiap kali Soleh ngomong sesuatu, penonton mikir, ‘NAH IYA!’ dan ketawa menggelegar. Gesturnya, intonasinya, cara pandangnya, dan terutama jokes-nya, menjadikan Soleh sangat orisinil. Dan gak ada yang lolos dari roasting-an Soleh. Penonton biasa. Monty Tiwa. Khemod. Uus. Ernest. Gue. Beuh. Apalagi gue! :)) Kalau di US ada Don Rickles sebagai Master of Insult Comedy (beneran ada istilah Insult Comedy kok di dunia stand-up), jelas Indonesia punya Soleh. Kritik gue bisa jadi hanya 1. Itu harga tiket kemurahan untuk kelasnya Soleh Solihun. Soleh reminded me why I wanna be a comedian. To be able to be amongst people like him. Absolute legend in the making.”
2 Comments